Hari ini di kantor kebetulan ada acara Lomba Menyanyi “Star Sing A Song” diadain buat nyambut HLN (Hari Listrik Nasional) yg ke-64. Lumayan rame sih. Ada yg nyanyinya serius, ada yg buat becandaan aja, ada yg nyontek dr catetan yg ditaruh di lantai.
Trus, apa hubungannya acara itu dg judul postinganku di atas? Karena di waktu aku nonton acara ini, ada ibu2 istri karyawan dr sektor, unit tetangga yg dtg trus nyamper utk duduk di sebelahku. Dia nanya kabar, trus nanya, “kapan kawin? kok denger2 mo nikah ya?”. Dan aku pun menjawab apa adanya kalo bulan depan aku mo nikah. Dan ibu itu pun kaget. Dia bilang, “kok cepet? Kira2 ada yg nangis gk ya nanti? ” (*dia bertanya sambil senyum2 simpul)
Hmmm…. Dalam hatiku, “Kenapa ibu itu berpikir kayak gitu?” Emang bukan cuman dia aja yg blg kayak gitu. Kok cepat lah, apa udah yakin lah, apa udah siap lah… Dan aku berpikir juga, apakah orang memandang sebagai suatu hal yang aneh kalo aku yg baru beberapa bulan aja mengenal masku dan pacaran dlm waktu singkat trus memutuskan untuk menikah? Daripada dengan usia yg sudah cukup matang tapi masih gonta-ganti pasangan atau bertahun2 jalan gak menentu dg pasangannya tanpa ada kepastian?
Kalo nengok dari masa laluku, pantaslah kalo ibu itu mengajukan pertanyaan yang kedua. Sebelum aku mengenal masku ini, aku sempet jalanin suatu hubungan yang entah sebenernya mo dibawa ke mana kami jg gak tau. Sampe akhirnya ada badai dan akhirnya tiba di suatu pilihan, BAHWA DIA MEMILIH UNTUK TIDAK MEMILIH SIAPAPUN, SEDANGKAN DIRIKU MEMILIH UNTUK TIDAK DIPILIH OLEH DIA. KARENA AKU ADA BUKAN SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK DIPILIH.
Beberapa waktu setelah badai itu, aku sempet limbung. Sampe akhirnya aku ketemu dengan masku, orang yang aku yakini bisa membimbingku, bisa menjaga aku. Bisa menstabilkan kembali jiwa dan emosiku. Seorang lelaki bernama Antonius Lao. Dia bukan sapa2. Dan jika dibanding yang laen2, mungkin secara nyata dia tdk tampak memiliki apa2. Meski aku sebenernya gak mau membandingkan dan aku gak mau masku dibandingkan dengan sapapun. Karena aku pun gak mau ada di posisi yg sebaliknya. Tapi aku yakin, hanya dengan dia saja aku bisa merasa tenang dan aman.
Kalo orang mengukur kematangan suatu hubungan dr segi usia, mungkin aku gak termasuk di dalamnya. Karena hubungan yang aku jalin sampe skr pun belom sampe setaun. Bahkan ketika aku menikah nanti ini pun, usia pacaran kami baru menginjak 10 bulan persis! Tapi aku mo buktiin, kalo aku jg bisa mendapatkan suatu hubungan yang berkualitas dan dewasa, dalam arti yang sesungguhnya. Kalo aku bisa berkomitmen dengan janji yang aku buat. Kalo aku gak mau lagi maen2 dengan hati dan pilihan. Kalo saat ini aku memilih untuk menambatkan hatiku pada satu orang bukan karena dia adalah alternatif dari pilihan yang laen. Tapi karena aku yakini bahwa hanya dia satu2nya orang yang udah Tuhan siapkan untukku, setelah beberapa kali aku bertemu dengan orang yg (mungkin) kurang tepat di mata Tuhan. Dan karena memang sekaranglah saat yang Tuhan telah pilihkan dan tetapkan untuk kami.
Kalo memang keputusan kami membuat pihak2 tertentu terluka, aku minta maaf yang sebesar2nya. Entah itu dari pihak aku maupun dari pihak masku. Gak pernah kami bermaksud untuk melukai hati siapapun. Kami bertemu karena keadaan dan waktu yang mempertemukan kami sebagai manusia bebas. Yang tanpa ada ikatan dari manapun atau siapapun. Yang dengan kesadaran penuh sebagai manusia dewasa, sebagai makhluk sosial yang menyadari bahwa kami gak bisa hidup tanpa satu sama laen. Dan kebetulan kami berada di jalan yang sama, mungkin Tuhan udah siapkan jalur kami. Kami hanya mengamini aja apa rencana Tuhan. Meskipun cobaan silih berganti harus menguji kualitas dan mental hubungan kami. Tapi aku yakin, apapun itu, selama dilaksanakan dengan itikad baik, Tuhan pasti dengar. Tuhan pasti berkati. Dan Tuhan pasti akan sembuhkan luka yang pernah tergores yang mungkin kami udah buat baik sengaja maupun tidak disengaja. Karena Tuhan itu baik….
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.